Mendagri Minta Jangan Saling Salahkan, Semua Harus Waspada
By Admin
nusakini.com--Menyikapi aksi teror yang terjadi, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta untuk tidak saling menyalahkan. Apalagi sampai menuding aparat kecolongan. Sekarang yang diperlukan kewaspadaan semua pihak untuk mendeteksi setiap gelagat di lingkungannya masing-masing.
Ia sendiri telah memerintahkan semua jajaran Kesatuan Bangsa dan Politik di seluruh Indonesia, untuk intensif memonitor setiap dinamika yang terjadi di tengah masyarakat. Ini dalam rangka menguatkan deteksi dini. Sehingga sekecil apapun gelagat yang muncul bisa dideteksi. Sehingga bisa segera diantisipasi.
"Misal Carlos keluarganya ini tinggal di rumah ini, ini rumah sendiri atau ikut saudara atau siapa. Statusnya bagaimana, supaya memonitor mulai dari tingkat Kesbangpol, Kepolisian, terpadu kemudian sampai ke camat dan sebagainya," kata Tjahjo pada para wartawan di Jakarta, Senin (14/5).
Terkait warga Indonesia yang baru pulang dari Suriah, kata Tjahjo, datanya sebenarnya lengkap. Mereka pergi memang tidak langsung ke Suriah. Hanya saja kata dia, Indonesia ini bisa dikatakan negara paling baik. Mereka yang terbukti sudah menyobek-nyobek paspornya tetap saja diterima.
"Mereka itu meninggalkan Indonesia, menyobek-nyobek paspor tapi yang namanya mereka di sana tidak kerasan," katanya.
Tapi yang pasti, seperti instruksi Presiden, negara akan tegas terhadap siapa pun yang menyebar teror. Pasti akan ditindak. Tidak ada ruang di negara ini bagi para pelaku teror. Ia sendiri yakin, aparat negara, khusus pihak kepolisian bisa mengusut tuntas kasus-kasus teror yang terjadi. Apalagi Kapolri sekarang, Jenderal Tito Karnavian, pernah bertugas di Densus. Pastinya paham jaringan kelompok teror di Tanah Air.
"Saya yakin Pak Tito pakarnya. Paham betul mulai pengalaman beliau di Densus, pemetaannya, jaringan nasional internasional itu Pak Tito sangat paham. Pak Suhardi (Suhardi Alius) dari BNPT juga menguasai masalah itu. Ini didukung oleh BIN, TNI dan sebagainya," katanya.
Tjahjo pun berharap, semua pihak mendukung kerja dan tugas aparat dalam menanggulangi aksi teror. Jangan kemudian memperkeruh situasi dengan menyebut aparat kecolongan. Kata Tjahjo, tidak ada yang kecolongan. Negara maju seperti Amerika Serikat atau Perancis yang badan intelijennya begitu canggih, masih terjadi teror.
"Ini kan dibenak otak, siapa yang mengira keluarga kan tak masuk akal. Kita melawan bisa di antara salah satu atau saya atau mbak atau siapa saja jadi teroris, kan bisa juga. Intinya kita harus berani menentukan siapa kawan, siapa lawan, kan dari awal saya tegaskan itu. Arahan Bapak Presiden tegas tadi, Polri harus tegas tanpa kompromi," kata Tjahjo.(p/ab)